Tanaman Karet Dan Cara Membudidayakannya
Baca Juga
Warta Tani - Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam famili Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet adalah tanaman perkebunan tahunan yang berasal dari Brasil, Amerika Selatan.
Di Indonesia tanaman karet pertama kali diperkenalkan oleh Hofland pada tahun 1864. Awalnya, Tanaman karet hanya ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa nonmigas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah.
Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah.
Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan. Luas areal perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta hektar. Sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik negara.
Sejak dekade 1980 hingga tahun 2010, karet di indonesia memiliki permasalahan produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat.
Karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan beberapa daerah. Tanaman karet umumnya mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam dan secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 25 tahun.
Luas areal karet di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia mencapai 3,4 juta hektare. Produksi karet nasional hanya 2,4 juta ton per tahun, lebih rendah dibanding Thailand dengan produksi 3,1 juta ton dengan luas areal 2,67 juta hekt ar. Rendahnya produktivitas karet Indonesia disebabkan oleh banyaknya tanaman yang sudah tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit yang kurang berkualitas serta cara budidaya yang tidak tepat.
Meskipun demikian, peran Indonesia sebagai produsen karet alam masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya daput ditingkatkan secara optimal.
Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan sintetis. Setiap jenis karet memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi pada dunia industri. Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam adalah:
Baca Juga Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet
Di Indonesia tanaman karet pertama kali diperkenalkan oleh Hofland pada tahun 1864. Awalnya, Tanaman karet hanya ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa nonmigas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah.
Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah.
Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan. Luas areal perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta hektar. Sebagian besar yaitu 85% merupakan perkebunan karet rakyat dan hanya 8% perkebunan besar milik swasta serta 7% perkebunan besar milik negara.
Sejak dekade 1980 hingga tahun 2010, karet di indonesia memiliki permasalahan produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat.
Karet dikembangkan menjadi tanaman perkebunan dan beberapa daerah. Tanaman karet umumnya mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam dan secara ekonomis tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 25 tahun.
Luas areal karet di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia mencapai 3,4 juta hektare. Produksi karet nasional hanya 2,4 juta ton per tahun, lebih rendah dibanding Thailand dengan produksi 3,1 juta ton dengan luas areal 2,67 juta hekt ar. Rendahnya produktivitas karet Indonesia disebabkan oleh banyaknya tanaman yang sudah tua, rusak dan tidak produktif, penggunaan bibit yang kurang berkualitas serta cara budidaya yang tidak tepat.
Meskipun demikian, peran Indonesia sebagai produsen karet alam masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik budidaya dan pasca panen/pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya daput ditingkatkan secara optimal.
Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan sintetis. Setiap jenis karet memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi pada dunia industri. Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam adalah:
- Memiliki daya lenting dan daya elastisitas yang tinggi.
- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahanny mudah
- Mempunyai daya aus yang tinggi
- Tidak mudah panas (low heat build up) dan memiliki day tahan yang tinggi terhadap keretakan(groove cracking resistance).
Baca Juga Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet
0 Response to "Tanaman Karet Dan Cara Membudidayakannya"
Post a Comment