Teknologi Baru Ternak Lele, Panen 8x Lebih Banyak
Baca Juga
Warta Tani - Lele sampai saat ini masih menjadi komuditas ikan air tawar yang menjadi favorit masyarakat di negeri ini. Berdasarkan data Kementerian Kelautan bahwa jumlah produksi lele dalam negeri lebih dari 500 ribu ton pertahun diikuti oleh oleh Nila dan Patin yang mencapai 400 ribu ton dan 250 ribu ton.
Kebanyakan warga malas untuk membudidayakan lele dikarenakan faktor kekawatiran terhadap bau yang tak sedap yang dapat mengganggu warga sekitar.
Kekhawatiran masyarakat terhadap bau yang tidak sedap akibat budidaya lele dapat teratasi setelah Sumadi menemukan formula cara beternak lele tanpa bau yang diakibatkan dari kotoran lele dan sisa pakan yang tidak termakan.
Formula yang diterapkan Sumadi adalah dengan memanfaatkan pakan organik dan mikro organisme untuk mengoptimalkan pertumbuhan lele serta mengurangi bau yang tidak sedap yang ditimbulkan. Selain itu, dengan menggunakan pakan organik serta pemanfaatan mikro organisme yang dapat menekan pakan ternak hingga 50% serta meningkatkan jumlah produksi hingga 8x lipat dengan sistem padat tebar.
Langkah inovatif yang dilakukan oleh Sumadi tersebut mendapat dukungan dari para periset di Sekolah Tinggi Peternakan Serang dengan mengembangkan lele padat tebar yang meningkatkan jumlah produksi per meter kubik dari 300 ekor menjadi 2500 ekor. Lonjakan hingga 700% tersebut sangatlah tidak lazim. Akan tetapi dengan formula sirkulasi tersebut semua menjadi sangat mungkin.
Menurut Sumadi perkembangan teknologi di bidang budidaya lele berkembang sangat pesat seiring dengan peluang usaha akibat meningkatnya permintaan pasar akan lele yang terus bertambah.
Dengan teknik ini, selain dapat meningkatkan produksi, penghematan pakan dan penggunaan lahan yang minimal juga dapat meningkatkan kemungkinan hidup lele yang di budidaya.
Kolam terpal berbentuk tabung dengan diameter 3m dan tinggi 1 m dapat menempung 2000 ekor lele. Bahkan Abdul Halim dan Fiscer Ahmad Kaftaru bisa mengisi kolam seperti di atas dengan 5000 ekor lele.
Halim dan Ahmad membeberkan rahasia budidaya padat tebar kepada Warta Tani tentang teknologi budidaya yang digunakan. Rata-rata kegagalan disebabkan tingginya kematian lele karena terlalu padatnya jumlah populasi yang menyebabkan kandungan oksigen dalam kolam sangat minim yang menciptakan kondisi anaerob.
Dampak dekomposisi bahan organik yang tidak terurai akan menjadi senyawa beracun seperti amonia, Nitrit dan Hidrogen Sulfida. Senyawa tersebut lebih cepat terserap Insang daripada oksigen yang menyebabkan kematian pada ikan tinggi.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut inovasi dibidang budidaya dengan menggunakan metode Catfish Farming in Recirculation System tank (C-First) atau oleh masyarakat lebih dikenal dengan budidaya menggunakan sistem resirkulasi dapat menekan kematian ikan mencapai 80%.
Budidaya padat tebar dengan sistem resirkulasi dapat menjaga ketersediaan oksigen menjadi lebih baik karena adanya aliran air sepanjang waktu yang menyebabkan kondisi kolam menjadi aerob yang memang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup ikan. Hal tersebut merupakan dampak dari nitrifikasi atau perubahan amonia menjadi nitrit dan nitrit menjadi nitrat berlangsung dengan sempurna sehingga senyawa beracun yang menyebabkan kematian pada ikan tidak terbentuk. Selain itu, penggunaan filter mekanik berupa arang dan zeolit dapat menurunkan kandungan fosfat.
Kebanyakan warga malas untuk membudidayakan lele dikarenakan faktor kekawatiran terhadap bau yang tak sedap yang dapat mengganggu warga sekitar.
- Inovasi Budidaya Lele
Kekhawatiran masyarakat terhadap bau yang tidak sedap akibat budidaya lele dapat teratasi setelah Sumadi menemukan formula cara beternak lele tanpa bau yang diakibatkan dari kotoran lele dan sisa pakan yang tidak termakan.
Formula yang diterapkan Sumadi adalah dengan memanfaatkan pakan organik dan mikro organisme untuk mengoptimalkan pertumbuhan lele serta mengurangi bau yang tidak sedap yang ditimbulkan. Selain itu, dengan menggunakan pakan organik serta pemanfaatan mikro organisme yang dapat menekan pakan ternak hingga 50% serta meningkatkan jumlah produksi hingga 8x lipat dengan sistem padat tebar.
Langkah inovatif yang dilakukan oleh Sumadi tersebut mendapat dukungan dari para periset di Sekolah Tinggi Peternakan Serang dengan mengembangkan lele padat tebar yang meningkatkan jumlah produksi per meter kubik dari 300 ekor menjadi 2500 ekor. Lonjakan hingga 700% tersebut sangatlah tidak lazim. Akan tetapi dengan formula sirkulasi tersebut semua menjadi sangat mungkin.
Menurut Sumadi perkembangan teknologi di bidang budidaya lele berkembang sangat pesat seiring dengan peluang usaha akibat meningkatnya permintaan pasar akan lele yang terus bertambah.
Dengan teknik ini, selain dapat meningkatkan produksi, penghematan pakan dan penggunaan lahan yang minimal juga dapat meningkatkan kemungkinan hidup lele yang di budidaya.
Kolam terpal berbentuk tabung dengan diameter 3m dan tinggi 1 m dapat menempung 2000 ekor lele. Bahkan Abdul Halim dan Fiscer Ahmad Kaftaru bisa mengisi kolam seperti di atas dengan 5000 ekor lele.
Halim dan Ahmad membeberkan rahasia budidaya padat tebar kepada Warta Tani tentang teknologi budidaya yang digunakan. Rata-rata kegagalan disebabkan tingginya kematian lele karena terlalu padatnya jumlah populasi yang menyebabkan kandungan oksigen dalam kolam sangat minim yang menciptakan kondisi anaerob.
Dampak dekomposisi bahan organik yang tidak terurai akan menjadi senyawa beracun seperti amonia, Nitrit dan Hidrogen Sulfida. Senyawa tersebut lebih cepat terserap Insang daripada oksigen yang menyebabkan kematian pada ikan tinggi.
Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah tersebut inovasi dibidang budidaya dengan menggunakan metode Catfish Farming in Recirculation System tank (C-First) atau oleh masyarakat lebih dikenal dengan budidaya menggunakan sistem resirkulasi dapat menekan kematian ikan mencapai 80%.
Budidaya padat tebar dengan sistem resirkulasi dapat menjaga ketersediaan oksigen menjadi lebih baik karena adanya aliran air sepanjang waktu yang menyebabkan kondisi kolam menjadi aerob yang memang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup ikan. Hal tersebut merupakan dampak dari nitrifikasi atau perubahan amonia menjadi nitrit dan nitrit menjadi nitrat berlangsung dengan sempurna sehingga senyawa beracun yang menyebabkan kematian pada ikan tidak terbentuk. Selain itu, penggunaan filter mekanik berupa arang dan zeolit dapat menurunkan kandungan fosfat.
- Baca juga
0 Response to "Teknologi Baru Ternak Lele, Panen 8x Lebih Banyak"
Post a Comment